Kisah Si Raja Karpet Dari Bekasi, Beromset Miliaran Dengan Ribuan Jaringan
26 September 2012 09:25:53, dibaca: 134 kali
Oleh : noeltrg
Bermula
hanya dari seorang sales karpet keliling, kini Heru Purnomo punya
kerajaan bisnis karpet lokal yang beromset miliaran rupiah per bulan.
Punya 100-an karyawan tetap dan 3800 orang tenaga pemasaran.
Terlepas
dari fungsionalya, karpet itu merupakan simbol kemewahan. Dan
kemewahan merupakan kesukaan manusia yang sangat asasi. Inilah logika
pikir Heru Purnomo yang mendorong dirinya untuk membidik peluang usaha
karpet 10 tahun silam (tahun 2002).
“Setiap
orang butuh karpet untuk mempercantik rumahnya. Ini adalah pasar
besar,” kata pria kelahiran Madiun, 25 April 1974 ini, kepada Info PDN
saat membeberkan ‘kalimat kunci’ yang membuat tekadnya membara untuk
membangun kehidupan dengan berbisnis karpet setelah sekian lama
bolak-balik mengunjungi sentra-sentra bisnis di Jakarta untuk menggali
ide dan peluang usaha.
Lalu,
kata Heru, ia mencoba menghitung-hitung keuntungan yang akan didapatnya
dari berbinis karpet. “Luar biasa, labanya sangat menggiurkan.
Bayangkan, jika satu karpet untungnya hingga 50% lebih, bagaimana
kalau 10 karpet, 100 karpet, 1000 karpet, bahkan berkontainer-kontainer?
Itu kata benak saya waktu itu,” imbuhnya.
Tekad
Heru pun kian membuhul dalam jiwanya. Namun, aral demi aral seolah tak
rela melihat buhulan tekad Heru. Aral pertama datang menyapanya dengan
membawa kenyataan bahwa dirinya sama sekali tak memegang uang sepeser
pun untuk modal memulai usaha itu.
Alih-alih
untuk modal usaha, gajinya sebagai karyawan biasa di PT. Kabel Metal
Indonesia, Jakarta Timur, salah satu anak perusahaan Gajah Tunggal
Group, kala itu hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya. Bahkan, Heru dan istrinya, Nana Nadhifah, sejak menikah
tahun 2009 hanya bisa mengontrak sebuah rumah petak kecil di daerah
Pulogebang, Jakarta Timur. Kemudian, untuk menambah penghasilan, Heru
juga sempat menekuni berbagai macam usaha MLM (Multi Lever Marketing)
seperti CNI, Ahadnet, DBS, dan BMW. Tak ketinggalan, istrinya pun
mencoba membantunya dengan berjualan garmen keliling perumahan.
Sebagai
“alumnus” sejumlah MLM, Heru tak merasa modal uang sebagai hambatan. Ia
memutar otak. Akhirnya, akal kreatifnya mengajak Heru mengumpulkan
brosur-brosur karpet dari toko-toko karpet di Tanah Abang, Mangga Dua,
dan beberapa sentra bisnis lainnya. Lalu, dengan uang Rp 150.000 yang
ada di kantongnya, Heru nekat membuat katalog sendiri dengan
mencantumkan namanya pada katalog tersebut dan kemudian menyebarkannya
ke berbagai tempat yang dinilainya strategis.
Kali
ini, aral kedua mendapatkan momentumnya. Sudah 3 bulan lebih katalog
disebar tapi tak ada satu calon konsumen pun yang mencoba menelpon atau
datang. Sedihnya lagi, pada saat penantian penuh harap itu aral ketiga
datang membawa banyak cibiran dan cemoohan dari orang-orang di
sekitarnya. “Untuk apa jualan karpet? Orang itu, untuk makan saja
susah, apa lagi untuk beli karpet. Kalimat ini tak jarang meluncur dari
mulut teman-teman saya,” kenangnya.
Singkat
kata, akhirnya suatu hari “telur pun pecah”. Orderan pertama yang
dinantikan datang; 4 buah karpet. Tapi, lagi-lagi kemudahan belum
berpihak pada Heru. Untuk memenuhi orderan itu butuh modal sekitar Rp
900 ribu dan ia tidak punya. Tak kehabisan akal, Heru mencoba menawarkan
peluang kerjasama ke sejumlah temannya. Singkat cerita, upayanya
membuahkan hasil.
“Malam
itu saya mencoba menawarkan kerjasama ke tetangga sebelah rumahku.,
Saya berhasil meyakinkan pembagian labanya dan bersedia memodali Rp
900.000 untuk membeli karpet pesanan sebanyak 4 pcs,” tuturnya.
Besoknya,
Heru pun belanja. Namun, ia tidak langsung mengirim ke pemesannya, tapi
mencoba menggelarnya di Marakas, sebuah pasar basah modern di Bekasi.
Ia menawarkannya kepada setiap orang yang melintas. Namun, setiap ada
yang mau beli tidak boleh, sehingga membuat banyak orang keheranan.
“Waktu itu saya mencoba memancing orang untuk pesan dulu dan memberi
uang muka sebagai cara saya untuk dapat modal,” ungkapnya.
Dan
cara itu terbukti berhasil. Sejumlah orang memesan dengan uang muka,
dan beberapa di antaranya bahkan ada yang langsung bayar kontan meski
barang belum ada. Cara itu terus dilakukan Heru hingga ia bisa belanja
karpet lebih dari Rp 10 juta.
Merasa
sudah cukup modal dan pengalaman pasar, akhirnya Heru mengontrak sebuah
toko sebagai tempat display produk dan dijaga istrinya. Sementara itu,
untuk promosinya ia masih terus berdagang keliling, menyebarkan brosur
dan memasang spanduk. Kemudian, untuk mengembangkan bisnisnya, tahun
2007 ia memberanikan diri meminjam uang ke bank sebesar Rp 64 juta. Uang
tersebut digunakannya untuk tambahan modal dan uang muka beli mobil.
“Pertama
kali saya punya mobil Carry, yang saya gunakan untuk mengangkut karpet.
Sekarang saya malah sudah punya 8 mobil,” ujar lelaki yang pernah
mendapatkan penghargaan dari Sejati tahun 2010 ini dengan bangga.
Pada
tahun 2007 itu pula Heru mulai memasarkan karpetnya lewat internet.
Saat itu, omset Heru bisa mencapai Rp 30 hingga Rp 40 juta per bulan dan
terus berkembang dan berkembang. Akhirnya, tahun 2010, Heru memutuskan
untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk fokus pada bisnisnya.
Keputusan
itu dengan segala aral yang dilaluinya sejak 2002 ternyata tak sia-sia.
Jaringan pemasaran usahanya kian menggurita. Bahkan, sejak tahun 2007
itu Heru juga sudah merintis mendirikan pabrik karpet sendiri dengan
merek Higen Jaya Karpet.
Dan
saat ini, berkat kerja keras dan keuletannya, Heru sudah memiliki 3
usaha yang bergerak di bidang karpet dan interior beromset miliaran
rupiah. Untuk menjalankan kerajaan bisnisnya ini, Heru dibantu oleh 100
orang lebih karyawan dan orang-orang professional di sekitarnya. Selain
itu, ia juga memiliki lebih dari 3800 agen yang tersebar di seluruh
kota/kabupaten di tanah air. Soal omset, jangan ditanya; bisa 2 hingga 3
miliar per bulan.
Karpet Handmade Kualitas Internasional
Pabrik karpet Heru berdiri di atas lahan seluas 2800 m2. Menurut
ayah dari 3 orang putra ini, memiliki pabrik karpet juga merupakan
mimpinya yang menjadi nyata. ”Saya membayangkan punya pabrik, dan
membuat karpet sendiri. Saya berusaha merealisasikan tujuan saya itu,
dan ternyata bisa,” imbuhnya.
Produk dari pabrik karpet Heru adalah karpet handmade (kerajinan tangan) custom design. Proses pembuatannya menggunakan mesin tembak dan dikerjakan beberapa orang. Karpet handmade ini
selain memiliki design khusus (sesuai pesanan), ukurannya juga bisa
disesuaikan dengan pesanan. Artinya, ukuran bisa disesuaikan dengan
bentuk dan ukuran ruangan.
Dibantu dengan 80 orang karyawannya, per bulan Pabrik Higen Jaya Karpet dapat memproduksi lebih dari 5000 m2karpet.
Dengan yakin Heru mengatakan, bahwa kualitas karpet buatannya tidak
kalah bagus dari karpet impor. Selama ini ia menggunakan bahan baku
seperti wol, akrilik, juga sutera. “Pokoknya semua itu tergantung
pesanan,” lanjutnya sambil mengajak Info PDN berkeliling melihat proses
pembuatan karpet secara langsung di pabriknya.
Nyaris
tidak ada kendala yang berarti bagi Heru dalam menjalankan roda
bisnisnya ini, kecuali soal bahan baku saja. Kata dia, bahan baku
karpenya masih impor dari New Zealand dan China.
Untuk
pasar, pelanggan HJ Karpet tak hanya para pedagang yang membeli secara
grosir dan eceran, tetapi juga masjid-masjid dan sejumlah perkantoran,
perusahaan dan hotel-hotel terkemuka di Jakarta. Perusahaan-perusahaan
besar seperti Chevron, Omron, Mustika Ratu, Shangri La Hotel, Departemen
Keuangan, Depkumham, dan Masjid Raya Banten pernah merasakan service
terbaik darinya.
Heru
merasa sangat yakin dengan masa depan bisnisnya ini. “Prospeknya jelas,
pembangunan perumahan, kantor, hotel, hingga masjid semakin banyak.
Mereka pasti membutuhkan karpet untuk mempercantik, dan membuatnya
menjadi lebih nyaman,” ungkapnya. Bahkan, kini ia juga mulai mendapat
banyak permintaan, tak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar
negeri; seperti dari Abudabi, Malaysia, dan Rumania.
Sayangnya,
Heru belum bisa memenuhi permintaan ekspor ini. “Untuk memenuhi
permintaan dalam negeri saja kami masih kualahan. Tapi ini sudah kami
pikirkan. Ke depannnya mungkin saya akan menambah jumlah karyawan untuk
memenuhi permintaan itu,” tutup Heru dengan senyum ramahnya. (ccp/Amf)
Diambil dari : http://ditjenpdn.kemendag.go.id/index.php/public/information/articles-detail/berita/93
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar ANDA :