Sepenggal cerita BAB 5 , dalam buku saya yang insyaAllah terbit setelah Ibadah Haji tahun ini,
Sewaktu saya masih tinggal dirumah petak atau kontrakan kita memiliki tetangga yang beraneka
macam, mulai dari pekerja formal seperti saya hehehe, dari berbagai perusahaan
yang ada di sekitar kecamatan cakung ada juga yang pekerja nonformal seperti
pedagang baso, kuli bangunan, dan pedagang keliling.
Satu diantara tetangga yang menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya yaitu Pedagang mainan keliling.
Kebetulan beliau tinggal tepat didepan kontrakan saya.
Setiap hari selalu saya perhatikan keluarga nan bahagia ini
dengan kehidupan saya yang serba pas – pasan
beliau sekeluarga hidup dengan serba
berkecukupan. Bukan saya iri sama mereka tapi kadang saya berpikir, saya
karyawan sebuah perusahaan ternama, jabatan juga lumayan sebagai staff, baju
mentereng setiap berangkat kantor, tapi dalam kehidupan sehari – hari jauh
dibandingkan dengan “hanya” tukang mainan yang setiap hari keliling dengan
gerobak mainan !!!!
Pernah saya berbincang – bincang dengan beliau yang sampai sekarang kami
sudah menjadi saudara yang setiap tahun kami mengunjungi beliau untuk
silahturohmi.
“ Bapaknya Lis, sudah berapa lama
bapak menekuni jualan mainan ini ? kayaknya pasarannya bagus yaa sampai tiap
hari belanjaan banyak mulu”. Suatu hari saya membuka percakapan sehabis pulang
kantor sambil leleh – leyeh didepan kontrakan.
“ Udah lama mas.. yaa kira – kira 5 tahun ada”. Kata Pak Nana
“Yahh Alhamdulillah ya mas, saya sudah mempunyai pasaran sendiri, meskipun
saingan silih berganti anak – anak beli mainannya tetap ke saya soalnya mainan
saya yang paling lengkap meskipun harganya agak mahalan sedikit mereka lebih
puas”.
“Sebelumnya kerja dimana pak, kok banting setir menjadi pedagang mainan”.
Tanyaku penasaran
“ Saya dulu sopir pribadi mas, hampir 10 tahun, sebenarnya gajinya sudah
lumayan waktu itu, tapi untuk memenuhi kebutuhan yang semakin hari semakin
bertambah, saya ngga sanggup apalagi biaya sekolah anak saya yang sudah besar.
Makanya saya putuskan untuk jualan mainan dan ternyata hasilnya jauh lebih
besar dibandingkan gaji saya saat saya masih jadi sopir”.
“sampai saat ini saya masih betah menjadi pedagang mainan, selain saya
mampu memenuhi kebutuhan sehari – hari, alhamdulillah saya bisa menyesihkan
tabungan setiap minggunya”.
Sebagai gambaran, kebetulan sebulan sekali istri saya belanja di perumahan
dekat kontrakan kami tinggal, Istri Pak Nana pedagang mainan depan kontrakanku
selalu titip uang untuk ditabung.
“Mba Nana mau kemana ? “. Tanya mama Lis saat istriku mau ke perumahan
samping kontrakan.
“Mau ke Perumahan Mba, mo belanja beras kebetulan di perumahan lebih
murah”. Kata istriku
“ Saya mo titip tabungan sekalian yaa?’. Katanya
Kebetulan kami sudah sangat akrab seperti saudara sendiri, inilah kelebihan
hidup dikontrakan karena jarak antar kontrakan hanya sejengkal jadi kami hanya
ketemu kamar dengan kamar sehingga kehidupan kami sangat dekat setiap saat
hehehehe
“Boleh”. Kata istriku
Sambil membawa tabungan yang didalamnya disisipin uang istriku langsung
pergi menuju perumahan sebelah kontrakan saya.sebelum memberikan ke kasir,
istri saya sempat menghitung dulu uang yang diselipkan diantara rekening BRI
dan sunggung tercengangnya istri saya waktu itu. Ternyata saldonya hampir 20
Juta. Uang sebesar itu sangatlah banyak dan mungkin masih dalam mimpi bagi
istriku untuk mendapatkannya waktu itu.
Pedagang mainan setiap bulan bisa menabung sampai 1 Juta !!!! bagaimana
kita sebagai karyawan bergengsi sebuah perusahaan ternama, boro – boro untuk
menabung 1 juta, bisa mencukupi kebutuhan sampai gajian berikutnya saja sudah
alhamdulillah hehehehe.....
Saat waktu senggang saya mulai belajar membuat mainan dari balon, siapa tahu
suatu saat nanti berguna pikirku. Beliau saja yang jualan mainan tidak malu dan
berpenghasilan lebih baik dari aku mengapa tidak kita coba pikirku.\
“ Dulunya saya sangat malu mas jualan mainan ini, apalagi saya sebenarnya
lulusan SLTA sedangkan abang – abang mainan yang lain rata – rata hanya lulusan
SD. Gimana lagi daripada anak istri ngga makan saya terpaksa banting setir
jualan mainan, lama – lama menjadi ketagihan hehehehe”. Kata Pak Nana kepadaku
“Alhamdulillah ya pak, meskipun jualan minan tapi bapak sudah bisa menabung
lumayan setiap bulannya, gimana bapak bisa menyisihkan uang sebanyak itu pak
?”. Tanyaku penasaran.
“Saya selalu memasukan uang recehan yang saya terima setiap hari kedalam
bambu mas, yang saya pakai yang ribuan saja. Ternyata setelah sebulan uang
recehannya banyak sekali. Itulah yang saya tabungin”. Jawabnya
Recehan saja bisa menjadi jutaan yaa kalo dikumpulin, pikirku......inilah
pelajaran yang sangat berharga yang akhirnya merubah pola pikirku yang tadinya ingin
menjadi seorang priyayi berkarier menjadi seorang pebisnis dikemudian harinya.
Yaa tetangga, tetangga adalah laboratorium yang sangat besar yang bisa kita
jadikan cermin untuk belajar. Apapun ada disana kita bisa belajar, berbagai
macam corak pemikiran tingkah laku pekerjaan dan sebagainya bisa kita pelajari
dari kehidupan tentangga kita. Kalo kita berpikir positif kita bisa belajar
dari orang – orang yang berhasil, tapi kalo kita berpikir negatif kita bisa
belajar dari tetangga kita yang kurang berhasil dan sampai sekarangpun saat kita
berkunjung kesana masih kita jumpai tetangga kita dulu yang berprofesi persis
saat saya masih tinggal disana 10 tahun yang lalu dengan kehidupan yang persis
seperti dulu karena mereka tidak mau merubah.
Mengapa pak Nana yang tadinya sebagai sopir pribadi sekarang menjadi
pedagang maian dan sudah tergolong sukses karena selain bisa menabung lumayan
banyak waktu itu, beliau juga sudah bisa menyisihkan uangnya sebesar 22 Juta
untuk ditanamkan ditempat kakaknya sebagai juragan angkot dengan bagi hasil
sebesar 3 persen setiap bulan.
Bayangkan betapa besarnya penghasilan seorang pedagang mainan yang bisa
menyisihkan uang yang lumayan besar dan bisa menanam saham untuk tabungan kelak
dikemudian hari. Mungkin sebagian orang akan berpikiran gengsi bahkan malu,
mungkin saya juga akan berpikiran seperti itu, masak saya harus keliling
menjajakan maian banting setir !!!!
Yaah itulah banyak dari kita yang sampai
saat ini belum berubah nasibnya karena masih terganjal rasa malu, belum
terpaksa dan yang pasti kurang belajar dari orang yang sukses.
Pak Nana telah membuktikan kepada kita, asal kita mau berusaha meskipun
mungkin menurut orang pekerjaannya rendahan tapi kalo kita seriusin akan
menjadi ladang penghasilan yang besar.
Pernah saya tanya berapa penghasilan setiap harinya, beliau menjawab kalo
lagi ramai bisa 400 ribu, kalo lagi sepi bisa 200 ribu, pernah juga hanya dapat
100 ribu.
Coba kita hitung dengan rata – rata penghasilannya 200 ribu per hari, modal
mainan ternyata jauh sekali dari harga jual, keuntungan bisa sampai 500 persen
!!!!! berarti perhitungan kasar setiap bulan bisa diatas 5 juta waktu itu, tahun
2000 dengan penghasilan 5 juta setiap bulan setara dengan penghasilan manager.
Sementara saya masih menekuni profesi sebagai karyawan bergengsi saya terus
mencari jalan untuk merubah mental menjadi pebisnis.
Ada dua hal yang sangat kontras yang kami alami waktu itu, saat dikantor
kami akan selalu berpikir bagaimana pengembangan karier, selalu pekerjaan
karier yang selalu saya diskusikan dengan temen – temen dikantor, sedangkan
saat dirumah saya selalu mendapatkan pelajaran baru dan berhaga sebagai begawan
bisnis mas Nana setiap harinya ada selalu cerita menarik dan sangat melekat
dipikiranku yang sangat memotifasi saya untuk segera beralih profesi.
Ada satu lagi temanku yang berhasil setelah banting stir menjadi pedagang,
beliau sangat dekat sekali denganku bahkan saat terakhir ketemu 3 tahun yang
lalu saya masih inget, dia tetanggaan kontrakan denganku.
“Mas Heru, cita – cita pingin jadi apa” Waktu itu mas Parno tetangga
kontrakan buka obrolan saat sama – sama pulang kantor, Mas Parno adalah
tetangga kontrakan dan beliau karyawan teknisi di sebuah perusahaan terkenal di
Jakarta timur.
“ Saya pingin kuliah lagi mas”. Jawabku
Jaman sekarang kita harus kuliah
tinggi kalo ingin berpenghasilan tinggi, kalo Cuma lulusan SMA atau D3 kayaknya
akan susah untuk mengejar karier pikirku.
“ Kalo sampeyan gimana?”. Ganti saya tanya ke mas Parno
“ Saya sih pingin mas kuliah, duitnya dari mana ?”. jawabnya
“ Bisa lulus STM saja, saya sudah sangat bersyukur, bapak saya hanya
sebagai tukang becak, bisa mampu menyekolahkan anaknya sampai STM sudah
prestasi yang bagus mas”. Ia melanjutkan pembicaraan
Tidak sampai sebulan saya tinggal dikontrakan itu dan pindah masuk ke
perumahan. Lama saya tidak mendengar kabar tentang mas Parno hampir 3 tahun.
Suatu saat seperti biasaya sehabis gajian saya mengantar istri untuk
berbelanja bulanan ke perumahan dekat kontrakanku
“ Mamanya Naufal, kalo mo belanja bulanan ada tempat yang sangat murah”. Kata
Mama Lis tetangga kontrakan yang juga Istrinya Pak Nana penjual mainan.
“ Dimana Bulik?”. Tanya Istriku
“ Itu didekat perumahan ada gang kecil samping tempat pencucian mobil”.
Katanya
Akhirnya saya berangkat kesana sambil mengingat – ingat tempat tersebut.
Yaa 3 tahun yang lalu kayaknya saya pernah tinggal disitu dan kenal dengan
mas Parno tetangga kontrakan, dimananya ?? pikirku penasaran
Sesampainya ditempat itu, sungguh saya sangat kaget, ternyata tempat yang
dimaksud oleh mama lis adalah tempat mas Parno kawan saya yang lama dulu.
Tempat kontrakan saya pas disampingnya.
Kontrakan mas parno yang dulu dipakai berempat sekarang telah disulap
sebagai tempat jualan sembako, pembeli banyak sekali mereka harus antri satu –
persatu untuk dilayani meskipun tempatnya sempit tapi pembelinya lumayan
banyak, mereka yang beli kesitu bukan saja untuk dipakai sendiri banyak sekali
pemilik – pemilik warung yang belanja kesitu.
Sungguh luar biasa, seperti mimpi saya, dulu saat perpisahan 3 tahun yang
lalu mas Parno belum memiliki bisnis apa – apa, sekarang beliau sudah merombak
kontrakan menjadi tempat usaha dan yang lebih dasyatnya kontrakan tersebut
telah dibeli !!!
Kami saling bersalaman dan tidak menyangka sama sekali, mas parno yang
dulunya sebagai teknisi sekarang banting stir menjadi pedagang sembako yang
sangat sukses bahkan telah memiliki pelanggan yang cukup banyak. Sampai
tetangga kontarakan mama lis yang jaraknya hampir satu kilometer bisa mengetahui
tempatnya.
“Gimana ceritanya mas, kok sekarang bisa sukses begini ?”. Tanyaku saat
kami mulai berbincang – bincang
“ Setelah mas heru pindah, saya coba mulai bisnis sambilan mas, waktu itu
saya coba bawa sampel beras beberapa plastik ke kantor, beras tersebut sudah
saya tapih ( bersihkan ) dan saya coba pasarkan ke temen - temen. Alhamdulillah ada yang pesan 20 Kg
dan saya harus mengantarkan ke tambun.”.
Meskipun untungnya Cuma 2000 perak beliau dengan semangat mengantarkan
pesanan pertamanya itu. Menggunakan sepeda !!!! yaa beliau mengantarkan pesanan
menggunakan sepeda ontel, kendaraan satu – satunya yang dimiliki saat itu.
“ Untung 2000 perak yang seribu untuk beli minum, yang seribu untuk beli
kue” Kenangnya
Beliau menjalani terus profesi sambilan itu, satu persatu teman kantornya
mulai menjadi pelanggannya, bahkan setiap sore sepulang kerja dia memasarkan ke
perumahan sambil membawa sampel beras yang sudah ditapih.
Beras...... awal dia mulai bisnis, dengan diawalin 20 kg, terus merambat
sampai saat saya pertama bertemu setelah 3 tahun, kebutuhan beras setiap
harinya 2 ton !!!!
Selain beras, juga menjual bahan sembako yang lainnya seperti gula, minyak
sabun, rokok dll.
Mengapa beliau bisa begitu sukses dan terkenal, ada satu pesan yang sampai
saat ini menjadi motifasi saya, murah tidak harus kita beli yang jauh, cukup
radius 1 – 2 km, kalo kita bisa menjual lebih murah dan pelayanan yang bagus
nanti pembeli akan datang dengan sendirinya.
Betul juga, pikirku, termasuk saya yang tadinya tidak tahu, diberitahu
tetangga, mereka akan menjadi marketing kita, karena pelayann yang bagus !!!!!!
mereka puas dan akan memberitahu kesemua orang tanpa kita minta.
Terakhir saya ketemu Mas Parno beliau sudah memiliki ruko baru dan mobil
baru untuk mendukung penjualannya dan sudah memperkerjakan beberapa karyawan untuk
melayanin pelanggan yang sebagian besar adalah pedagang kecil atau warung.
Dari cerita diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa banyak yang kita akan
alami dalam hidup bertetangga dan apa yang kita saksikan setiap hari adalah
laboraturium yang sangat besar yang bisa memberitahu kita apa saja. Bagaimana
kesudahan orang yang mau bantirng setir, bagaiman kesudahan orang yang berani
memulai bisnis dan bermacam -macam
contoh yang bisa kita ambil pelajaran nantinya kita mau seperti apa, seperti
dikantor kita sudah bisa membayangkan nantinya kalo sudah pensiun dengan
melihat teman kantor kita yang sudah pensiun. Atau kita melihat tetangga kita
yang masih sampai saat ini belum berubah dan masih tetap mempertahankan
profesinya dengan kehidupan seperti 10 tahun yang lalu, mengapa mereka tidak
mau berubah dan mengapa mereka bisa berubah dratis, bukankah Allah SWT akan
merubah nasib suatu kaum kalo kaum itu mau merubahnya.
Jangan sampai kita berpikir bahwa inilah nasibku, inilah takdirku seperti
ini, karena kita belum tahu apakah seperti inikah takdirku, kita harus terus
mencari dan mencoba dengan belajar dengan lungkungan dan melihat orang yang
berhasil dan yang kurang berhasil.
Semoga bermanfaat......................
Menarik sekali blog nya pak... sangat ingin belajar banyak dari bapak
BalasHapusinspiratif......
BalasHapus